REVIEW
JURNAL 12 (PERPAJAKAN INTERNASIONAL DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER)
SUMBER :
you are not designed for everyone to like you.
JUDUL JURNAL
|
PENGARUH MANAJEMEN LABA, KINERJA
PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAN TERHADAP KEPUTUSAN REKLASIFIKASI ASET
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA
|
NAMA JURNAL
|
JURNAL
KEUANGAN DAN PERBANKAN
|
VOLUME & NOMOR JURNAL
|
VOLUME
12, NOMOR 1
|
TAHUN JURNAL
|
DESEMBER
2015
|
HALAMAN JURNAL
|
-
|
PENULIS
|
SPARTA & SUCI HANDINI
|
TUJUAN PENELITIAN
|
a. Untuk mendapatkan bukti empirik mengenai probabilitas
reklasifikasi jika perusahaan sampel menggunakannya dalam kebijakan manajemen
laba.
b. Untuk mendapatkan bukti empirik bagaimana profitabilitas perusahaan sampel sebelum
penerapan ketentuan PSAK No.55 (Revisi 2006) berpengaruh signifikan terhadap
probabilitas reklasifikasi.
c. Untuk mendapatkan bukti empirik mengenai profitabilitas perusahaan sampel setelah
penerapan ketentuan PSAK No.55 (Revisi 2006) berpengaruh signifikan terhadap
probabilitas reklasifikasi.
d.
Untuk mendapatkan bukti empirik bagaimanakah karakteristik
perataan laba perusahaan sampel sebelum dan sesudah penerapan ketentuan PSAK No.55
(Revisi 2006).
|
METODE PENELITIAN
|
Objek
penelitian ini adalah perusahaan perbankan. Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling, sehingga sampel penelitian menjadi 25 bank.
Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode yang digunakan dalam
analisis data adalah statistik deskriptif, uji goodness of fit, uji
hipotesis (uji simultan dan uji parsial wald), dan uji-t.
|
VARIABEL PENELITIAN
|
Variabel
dependen terdiri dari probabilitas reklasifikasi.
Variabel independen terdiri dari kinerja perusahaan, indeks
income smoothing dan manajemen laba akrual.
Variabel kontrol terdiri dari ukuran perusahaan
|
HASIL PENELITIAN
|
Hasil statistik
deskriptif untuk variabel EM, ROA_PRE, ROA_AFTER, dan SIZE. Variabel
manajemen laba akrual (EM) diperoleh dari koefisien korelasi antara perubahan
operating accruals dan perubahan dalam net cash flows – operating
activities. Nilai koefisien korelasi yang besar dan negatif pada variabel
ini mengindikasikan perataan laba yang besar (Quagli dan Ricciardi, 2010).
Perusahaan dengan nilai EM minimum, yaitu -0.99 adalah Bank Bumi Arta,
Tbk (BNBA), sementara perusahaan dengan nilai EM maximum, yaitu 0.82
adalah Bank OCBC NISP, Tbk (NISP). Maka dapat disimpulkan bahwa BNBA adalah
bank dengan perataan laba yang terbesar dan NISP adalah bank dengan perataan
laba terkecil.
Untuk variabel
kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan PSAK No.55 (Revisi 2006) tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan, terlihat dari nilai rata-rata (mean)
yang tidak terlalu menunjukkan perbedaan yang besar. Perusahaan dengan ROA minimum
baik sebelum dan setelah penerapan PSAK No.55 (Revisi 2006) adalah Bank
Pundi Indonesia, Tbk (BEKS). Sementara perusahaan dengan ROA maximum adalah
Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI).
Variabel SIZE
merupakan variabel kontrol yang diperoleh dari rata-rata nilai logaritma
natural total aset. Secara rata-rata (mean), pertumbuhan total aset
perusahaan sampel adalah 17.0184% dengan standar deviasi sebesar 1.73485.
Perusahaan dengan nilai minimum sebesar 14.56% adalah Bank Pundi
Indonesia, Tbk (BEKS), sementara bank dengan nilai maximum sebesar 19.89%
adalah Bank Mandiri, Tbk (BMRI).
|
KESIMPULAN PENELITIAN
|
Secara simultan terdapat pengaruh variabel IS, EM, ROA_PRE,
ROA_AFTER, dan SIZE terhadap probabilitas reklasifikasi (RECLASS). Secara
parsial, manajemen laba akrual (EM) dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh
secara signifikan terhadap probabilitas reklasifikasi, sedangkan income
smoothing (IS) dan kinerja perusahaan (ROA_PRE dan ROA_AFTER) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas reklasifikasi.
Peneilitian ini juga tidak menemukan bukti adanya perbedaan karakteristik
perataan laba sebelum dan sesudah penerapan PSAK No.55 (Revisi 2006).
|
PENDAPAT
|
Menurut kelompok kami jurnal ini
sudah bagus penjelasannya.
Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan model pengukuran manajemen laba
yang lain, serta untuk sampel nya tidak hanya dari sektor perbankan tetapi
juga bisa menggunkan sektor yang lainnya.
|
JUDUL JURNAL
|
STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
MULTINASIONAL DAN PERUSAHAAN DOMESTIK PADA INDEKS LQ 45
|
NAMA JURNAL
|
JURNAL
MANAJERIAL
|
VOLUME & NOMOR JURNAL
|
VOLUME
3, NOMOR 1
|
TAHUN JURNAL
|
JANUARI
2016
|
HALAMAN JURNAL
|
13
– 25
|
PENULIS
|
ANITA HANDAYANI
|
TUJUAN PENELITIAN
|
Memperoleh bukti secara empiris perbedaan struktur modal perusahaan
multinasional dan perusahaan domestik yang tergabung dalam indeks LQ 45.
Serta mengetahui pengaruh ptofitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, usia
perusahaan, resiko bisnis, dan tangibility terhadap struktur modal
perusahaan multinasional dan domestik.
|
METODE PENELITIAN
|
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah 45 perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 tahun
2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder.
|
VARIABEL PENELITIAN
|
Variabel
independen terdiri dari
usia perusahaan, ukuran perusahaan, tangibility, profitability, resiko
bisnis, dan likuiditas.
Variabel
dependen terdiri dari
struktur modal.
|
HASIL PENELITIAN
|
Tidak adanya
perbedaan struktur modal antara perusahaan multinasional dan perusahaan
domestik yang tergabung dalam indeks LQ 45, hal ini menunjukkan bahwa baik
perusahaan multinasional dan perusahaan domestik menghadapi resiko yang sama
karena berada pada negara yang sama, apa yang terjadi dalam negara tersebut
juga akan dialami oleh perusahaan multinasional dan perusahaan domestik.
Selain itu baik perusahaan multinasional dan perusahaan domestik memiliki
kredibilitas yang sama sehingga kepercayaan yang diterima oleh perusahaan
multinasional juga diterima oleh perusahaan domestik.
|
KESIMPULAN PENELITIAN
|
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaaan struktur modal
perusahaan baik perusahaan multinasional dan perusahaan domestik yang
tergabung dalam indeks LQ 45. Hal ini dikarenakan baik perusahaan
multinasional dan perusahaan domestik mengahadapi resiko yang sama karena
berada di negara yang sama.
|
PENDAPAT
|
Pendapat kelompok kami, jurnal
penelitian ini sudah cukup baik dan mudah dimengerti. Namun, untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian sejenis sebaiknya menambah periode waktu penelitian agar hasil
penelitian lebih akurat.
|
JUDUL JURNAL
|
PENERAPAN IFRS DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KOMPARABILITAS PENGUNGKAPAN ASET TETAP PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
|
NAMA JURNAL
|
JURNAL
AKUNTANSI & AUDITING
|
VOLUME & NOMOR JURNAL
|
VOLUME
11, NOMOR 1
|
TAHUN JURNAL
|
NOVEMBER
2014
|
HALAMAN JURNAL
|
83
-102
|
PENULIS
|
ARDIAN
SETIANTO & AGUNG JULIARTO
|
TUJUAN PENELITIAN
|
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Apakah
komprabilitas pengungkapan asset tetap pada laporan keuangan perusahaan
menjadi semakin kecil seiring berlakunya IFRS dari waktu ke waktu.
|
METODE PENELITIAN
|
Metode
pengambilan sampel menggunakan teknik purpose sampling. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear (Linear Regression
Analysis) untuk menentukan tingkat pengngkapan asset tetap dengan variabel
independen dan variable kontrolnya.
|
VARIABEL PENELITIAN
|
Variabel
dependen : tingkat pengungkapan asset tetap
Variabel
Independen : mengukur tingkat pengungkapan awal atau Initial High Disclosure
(IDH)
Variabel
Interaksi : berfungsi sebagai variable penguji tingkat komparabilitas
Variabel
Kontrol : Struktur Asset, ROA (Return on Assets), leverage
|
HASIL PENELITIAN
|
Hasil
dari Analisis Deskriptif 1 menyatakan nilai rata-rata (mean) DISCL adalah
0,5224 yang berarti dala satu periode laporan keuangan, perusahaan telah
mengungkapkan sebanyak 52,24% item pengungkapan asset tetap konvergensi IFRS.
Dan dari Analisis Deskiptif 2 menunjukkan dari 327 pengamatan yang diolah
menunjukkan bahwa 205 perusahaan atau sebesar 62,7% perusahaan sampel
memiliki selisih indeks pengungkapan perusahaan yang bersangkutan dengan indeks
pengungkapan perusahaaan terbaik lebih besar dari median. Adapun kondisi
sebaliknya ditunjukkan oleh 112 perusahaan atau sebesar 37,3% perusahaan
sampel.
Hasil
Uji Multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai tolerance semua variable
mendekati angka 1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, jadi dapat disimpulkan
dalam model regresi tidak terdapat multikolinearitas dan model regresi layak
untuk dipakai.
Hasil
Uji Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar
secara acak diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil
Uji Autokorelasi menunjukkan bahwa hasil analisis diperoleh nilai
Drbin-Watson sebesar 1,799. Nilai signfikan tersebut berada antara Du (1,7616)
dan 4 – dU yaitu 2,2384. Dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut sudah
bebas dari masalah autokorelasi.
Hasil
Uji Koefesien Determinasi menunjukkan bahwa 77,5% variasi indeks pengungkapan
asset tetap dapat dijelaskan secara signifikan oleh variable independen,
sedangkan sisanya sebesar 22,5% indeks pengungkapan asset tetap dapat
dijelaskan oleh variable lainnya diluar model.
|
KESIMPULAN PENELITIAN
|
Kesimpulan
hasil penelitian menunjukkan bahwa variable interaksi antara indeks
pengungkapan awal asset tetap perusahaan (IDH) dengsn periode penerapan IFRS
tahun pertama (IFRS1) dan periode penerapan IFRS tahun kedua (IFRS2) memiliki
pengaruh yang signifikan negative terhadap tingkat pengungkapan asset tetap.
Hal ini menunjukkan bahwa komparabilitas pengungkapan asset tetap pada
laporan keuangan perushaan menjadi semakin kecil seiring berlakunya
konvergensi IFRS dari waktu ke waktu.
|
PENDAPAT
|
Penelitian
yang hanya dilakukan dalam dua periode awal penerapan konvergensi IFRS saja
belum tentu sama dengan hasil penelitian di periode selanjutnya. Berdasarkan
keterbatasan dalam penelitian ini dianjurkan adanya perluasan objek
penelitian dengan menelti elemen laporan keuangan secara keseluruhan, dan
dalam mengukur variable pengungkapan asset tetap dapat dilakukan dengan
melibatkan lebih dari satu orang untuk meminimalisasi unsur subjektifitas
dalam proses interpretasi dan penggunaan periode penelitian yang lebih
panjang di tahun yang akan datang, sehingga hasil penelitian bisa lebih
akurat.
|
JUDUL JURNAL
|
KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN KURIKULUM AKUNTANSI DAN PROSES PEMBELAJARAN
AKUNTANSI DI PERGURUAN TINGGI INDONESIA
|
NAMA JURNAL
|
JURNAL
PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA
|
VOLUME & NOMOR JURNAL
|
VOLUME
VI, NOMOR 2
|
TAHUN JURNAL
|
2008
|
HALAMAN JURNAL
|
7
– 22
|
PENULIS
|
EFRAIM
FERDINAN GIRI
|
TUJUAN PENELITIAN
|
Tulisan ini bertujuan menjelaskan
pendekatan proses belajar mengajar agar paling tidak sebagian besar standar
akuntansi yang seharusnya dikuasai para mahasiswa dapat disampaikan dan
dibahas. Tulisan ini hanya ingin sedikit menggelitik pembaca untuk
membangkitkan kesadaran dan mencari cara yang tepat memperbaiki pembelajaran
akuntansi di perguruan tinggi. Dan dalam rangka konvergensi ini, bagaimanakah
pengembangan kurikulum akuntansi di Indonesia dikembangkan agar dapat lebih
fleksibel mengikuti berbagai kemajuan yang ada.
|
METODE PENELITIAN
|
Metode
penelitian kualitatif
|
VARIABEL PENELITIAN
|
Variabel
bebas : Konvergensi
Standar Akuntansi
Variable
terikat :
Pengembangan Kurikulum Akuntansi Dan
Proses Pembelajaran Akuntansi Di
Perguruan Tinggi Indonesia
|
HASIL PENELITIAN
|
Konvergensi standar akuntansi
menimbulkan konsekuensi logis bagi pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia.
SAK/SAI//IFRS yang diadopsi akan menambah jumlah standar yang seharusnya
dikuasai oleh mahasiswa kita. Tidak semua SAK dapat diajarkan kepada
mahasiswa, namun perlu ditentukan secara logis dengan mempertimbangkan faktor
kompetensi yang seharusnya dimiliki lulusan akuntansi untuk menghadapi
peluang dari globalisasi. Konvergensi standar akuntansi tidak hanya berdampak
pada jumlah materi yang harus disampaikan kepada mahasiswa, tetapi juga
desain pembelajaran akuntansi. Pembelajaran akuntansi berhubungan dengan
peran dosen sebagai seorang desainer pembelajaran. Dosen harus menerapkan
metoda-metoda pengajaran kreatif (misal, metode kasus) agar semua kemampuan
yang dibutuhkan oleh lulusan dapat dikuasai, sehingga mereka dapat bersaing
dengan lulusan dari perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri. Selain itu,
harus dilakukan koordinasi antara pengelola pendidikan akuntansi pada level
sarjana dan pada level pendidikan profesional. Koordinasi ini berkaitan
dengan pembagian materi yang seharusnya disampaikan pada ke dua level
pendidikan akuntansi tersebut. Hal ini penting agar mahasiswa memiliki
wawasan pengetahuan yang cukup tentang berbagai ketentuan standar akuntansi
yang ada dan diterapkan di Indonesia.
|
KESIMPULAN PENELITIAN
|
Dari
analisis yang telah disajikan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa meskipun
akuntansi tingkat harga umum mempunyai arti penting secara umum untuk
dimasukkan dalam kerangka akuntansi yang pokok, namun masih ada masalah
tentang cara dan alat untuk melakukan hal tersebut. Masih banyak pendapat
tentang bagaimana cara menghitung angka indeks tingkat harga umum dan
bagaimana menentukan metode pengukuran perubahan nilai uang untuk menetukan
pengaruhnya terhadap kinerja ekonomi perusahaan tertentu. Karena apaila
terjadi inflasi tingkat tinggi, dimana tingkat inflasi lebih besar
dibandingkan dengan tingkat pengembalian modal bersih, jumlah aktiva tetap
cukup besar, serta perputaran modal kerja rendah, maka penyesuaian laporan
keuangan berdasarkan tingkat harga umum perlu untuk dilakukan.
|
PENDAPAT
|
Dalam
jurnal ini sudah bagus penjelasannya yaitu mengenai pengembangan kurikulum
akuntansi dan proses pembelajaran akuntansi yang seharusnya diterapkan di
perguruan
tinggi Indonesia. Benar apa yang dijabarkan oleh si penulis bahwa semakin banyaknya topic bidang
akuntansi tidak hanya membutuhkan perubahan dalam pola pengajaran saja, namun
juga juga pada kurikulum akutansi secara keseluruhan agar strategi
pembelajaran yang tepat dapat berdasarkan saran dan tujuannya.
|